Tak mungkin rasanya menjalani kehidupan di dunia tanpa melewati episode terburuknya. Setiap dari kita pasti pernah merasakan ritme dunia yang naik turun, kadang berada di puncak gunung, menikmati angin sepoi dan pemandangan indah, kadang juga terjatuh hingga ke titik yang paling menyakitkan.
Namun, betapa pun kita berada di titik terendah dalam menjalani hidup, momentum Maulid Nabi adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan diri, agar selalu bersyukur atas anugerah terbesar yakni ditakdirkan menjadi umat beliau, al-Insān al-Kāmil, Rasulullah ﷺ. Bagaimana tidak? Anugerah ini bahkan pernah menjadi harapan seorang utusan Allah, yaitu Nabi Musa ‘alaihissalām.
Syekh Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitabnya Tafsīr ad-Durr al-Mantsūr menjelaskan bahwa Nabi Musa ‘alaihissalām pernah berharap untuk menjadi bagian dari umat Rasulullah ﷺ, lantaran begitu banyaknya keutamaan dan keistimewaan yang Allah berikan kepada umat ini.
Dikisahkan, Nabi Musa melihat dalam kitab Taurat keterangan tentang adanya suatu umat yang mendapatkan berbagai keistimewaan. Maka beliau pun berharap agar umat tersebut dijadikan sebagai umatnya. Namun Allah menegaskan bahwa umat itu telah ditetapkan sebagai umat Nabi Muhammad ﷺ.
Mendengar hal itu, Nabi Musa kemudian beralih, berharap dirinya bisa termasuk ke dalam umat Nabi Muhammad ﷺ karena menyadari kemuliaan besar yang dimiliki umat ini. Beliau pun berdoa memohon kepada Allah Swt.
اللَّهُمَّ إِذا فَاجْعَلْنِي من أمة أَحْمد
“Ya Allah, jika demikian, maka jadikanlah aku (Nabi Musa) termasuk dari umat Ahmad (Nabi Muhammad Saw).”
Saking banyaknya keutamaan menjadi umat Nabi Muhammad, ada sebuah kitab yang khusus mengulas berbagai keistimewaan umat Nabi Muhammad dibanding dengan umat-umat nabi terdahulu, kitab tersebut berjudul Khashaish al-Ummah al-Muhammadiyyah.
Salah satu privilege menjadi umat Nabi Muhammad ﷺ yang sangat penulis kagumi adalah banyaknya keringanan khususnya dalam menjalankan kewajiban syariat. Dibandingkan dengan umat-umat terdahulu, kita diberikan kemudahan yang begitu besar oleh Allah.
Sebagai contoh, dalam urusan mensucikan najis. Dahulu, jika pakaian umat sebelum kita terkena najis, mereka tidak cukup hanya membasuhnya dengan air, tetapi harus memotong bagian kain yang terkena najis itu.
فَإِذَا أَصَابَتِ النَّجَاسَةُ ثَوْبَ أَحَدِهِمْ، فَإِنَّهُ عَلَيْهِ أَنْ يَقْطَعَهُ لِيُطَهِّرَهُ، وَلَا يَكْفِي غَسْلُهُ كَمَا أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ فِي (صَحِيحِهِ)
“Jika pakaian umat terdahulu terkena najis, maka mereka harus memotong bagian yang terkena najis itu agar bersih. Tidak cukup hanya dicuci, sebagaimana hal ini disebutkan dalam riwayat Shahih al-Bukhari.” (Khashaish al-Ummah al-Muhammadiyyah hal.10)
Bahkan dalam riwayat lain disebutkan, bila najis itu mengenai anggota tubuh mereka, maka jalan satu-satunya adalah memotong bagian tubuh tersebut. Bayangkan, betapa beratnya aturan itu.
Berbeda dengan kita, umat Nabi Muhammad ﷺ. Untuk membersihkan najis, cukup dengan membasuhnya menggunakan air. Ringan sekali bukan?
Tak berhenti di situ, dalam urusan taubat pun umat terdahulu mengalami kesulitan yang jauh lebih berat. Untuk bertaubat dari dosa zina, misalnya, mereka harus memotong alat kelamin. Untuk bertaubat dari berbohong, mereka harus memotong lidah. Dan begitu seterusnya. Sedangkan kita, umat Nabi Muhammad ﷺ, cukup dengan menyesali dosa, meninggalkannya, dan berjanji tidak mengulanginya, maka Allah membuka pintu ampunan selebar-lebarnya.
Inilah anugerah besar dan privilege mulia yang diberikan Allah kepada kita. Sungguh mengerikan sekali jika kita tidak ditakdirkan menjadi umat Nabi Muhammad ﷺ. Namun, alhamdulillah, meski hidup kita penuh dengan ujian dan masalah, kita masih memiliki satu nikmat terbesar yang pernah menjadi impian Nabi Musa ‘alaihissalām yakni ditakdirkan menjadi umat Rasulullah ﷺ.
Maka dari itu, pada momentum bulan Maulid ini, mari kita sejenak berhenti dari hiruk-pikuk dunia. Luangkan waktu untuk mensyukuri nikmat besar ini, dan perbanyaklah bershalawat kepada kekasih Allah, Rasulullah Muhammad ﷺ. Karena melalui beliaulah kita mengenal Islam, agama yang penuh kemudahan dan diridhai Allah Swt.
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ