Dalam tradisi masukkiri terjadi akulturasi budaya bugis dan ajaran islam. Oleh karena itu diyakini dulunya tradisi masukkiri ini adalah sebuah bentuk dakwah oleh ulama-ulama terdahulu dalam menyebarkan Islam. Hal ini diperkuat dengan pendapat seorang tokoh adat di daerah Barugelang yang mengatakan kalau tradisi masukkiri ini sudah ada pada saat kerajaan Pagatan masih berdiri dan masukkiri dijadikan sebuah hiburan untuk masyarakat.
Kata masukkiri itu diambil dari bahasa Bugis Pagatan, yang memiliki arti berzikir atau mengingat Allah SWT, mengingat akan rezeki yang telah diberikan Allah kepada manusia. Awalnya tradisi ini mengikuti tradisi dari Bugis Sulawesi yang membaca Maulid Barzanji secara rutinan. Dan setelah itu diserap oleh masyarakat Bugis Pagatan dan disyairkan dengan gaya bahasa Bugis Pagatan dan menjadi tradisi khas dari Bugis Pagatan itu sendiri.
Tradisi masukkiri sangat erat kaitannya dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw karena di dalamnya dibaca kitab al-Barzanji. Yaitu kitab yang menjelaskan tentang keagungan, sejarah hidup, keutamaan, dan lain sebagainya tentang Nabi Muhammad Saw.
Proses Pelaksanaan Tradisi Masukkiri
Tradisi masukkiri ini dilakukan di acara yang sakral seperti Maulid Nabi, pernikahan, tasmiyah, aqiqah, selamatan keberangkatan haji, selamatan menurunkan kapal, mapendre bola baru (selamatan rumah baru), batamat atau khataman al-Qur’an, perayaan hari jadi, acara tudang sipulung (diskusi masyarakat), rapat masyarakat dan tokoh adat. Dan yang paling sering adalah diadakan di acara mapan re ritasie (makan bersama di laut).
Selain membaca kitab al-Barjanzi, dalam masukkiri juga dibaca ayat al-Qur’an, Asmaul Husna dan syair-syair pujian lain. Dan biasanya tradisi masukkiri ini dilakukan 4-5 jam. Dalam kegiatan masukkiri ada beberapa unsur yang diperlukan, diantaranya:
1. Rabana Besar
Rabana besar adalah salah satu hal yang wajib ada dalam masukkiri. Rabana besar ini sama dengan gong atau basis dalam acara Maulid Habsyi. Akan tetapi ada perbedaan dalam bentuknya, apalagi alat rabana besar ini dibuat dengan tradisional.
Berbeda dengan rebana besar sekarang, untuk mengencangkannya cukup dengan baut dan mur, kalau rebana besar yang dipakai masukkiri itu untuk mengencangkannya itu memakai pasak kayu yang dikelilingi oleh rotan. Untuk bagian yang dipukulnya kadang yang dipakai bukan kulit kambing, akan tetapi kulit kerbau. Karena masyarakat Bugis dahulu sering memelihara kerbau sambil bertani atau nelayan.
Adapun cara memainkannya adalah dipukul atau ditabuh. Dan dalam menabuhnya juga ada cara tertentu, tidak boleh sembarangan, supaya ritmenya tetap terjaga pada saat dimainkan berbarengan dengan membaca syair-syair. Dan biasanya setiap orang memegang masing-masing satu rabana besar dalam melaksanakan tradisi masukkiri ini.
Menurut K.H. Abdul Kahar yaitu salah satu tokoh adat bugis, kata rabana ini dikaitkan dengan kata arba’a yang artinya empat, yang bermakna ada empat hal yang harus dijaga oleh masyarakat Bugis Pagatan. Yang pertama melaksanakan kewajiban kita kepada Allah SWT, yang kedua adalah menjaga hubungan baik antar sesama masyarakat, yang ketiga menjaga kelestarian alam, dan yang terakhir adalah menjaga diri untuk tetap berbuat baik dan meninggalkan perbuatan buruk.
2. Pasukkiri
Pasukkiri adalah orang yang melakukan kegiatan masukkiri. Biasanya terdiri dari beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 8-20 orang. Untuk pasukkiri tidak hanya dilakukan oleh laki-laki, tapi juga bisa dilakukan oleh perempuan. Biasanya kelompok pasukkiri ini sengaja dibuat genap, agar nanti mudah dalam membagi tugasnya. Tugas pertama disebut sebagai mallawang yang artinya kelompok pembaca syair pertama. Dan yang kedua disebut malajama’ yang artinya kelompok pembaca syair kedua.
3. Kitab Maulid Al-Barzanji
Kitab al-Barzanji menjadi kitab utama yang dibaca dalam kegiatan tradisi masukkiri. Al-Barzanji adalah kitab yang dikarang oleh Syaikh Ja’far bin Husain bin Abdul Karim bin Muhammad al-Barzanji. Dalam kitab barzanji itu memuat tentang riwayat hidup Nabi Muhammad SAW, mulai dari lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa, sampai menikah dengan Sayyidah Khadijah, sampai diangkat jadi Nabi dan Rasul dan akhirnya sampai beliau meninggalkan dunia.